Archive | Bahasa RSS feed for this section

Jenis – Jenis Kalimat

8 May

Pengertian dan apa itu kalimat sudah dibahas sebelumnya (klik di sini) . Berikut ini adalah jenis-jenis kalimat yang dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok.

A.  Berdasarkan Pengucapan

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.

Contoh:

–  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”

–  “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.

2. Kalimat Tak Langsung

Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.

Contoh:

–  Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.

–  Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

.

B.  Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Kalimat Tunggal

Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)

Contoh:   Victoria bernyanyi

.                   S          P

* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)

Contoh:   Ika sangat rajin

.               S          P

* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)

Contoh:  Masalahnya seribu satu.

.                    S             P

Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.

Contoh :  Saya siswa kelas VI.

2.  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.

Contoh :  Adik bernyanyi.

Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.  Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:

1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.

2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.

3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.

4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.

5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.

6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.

7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.

8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.

9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.

10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.

Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:

1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.

2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.

3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

2.  Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:

2.1.  Kalimat Majemuk Setara (KMS)

Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:

* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.

Contoh:

–  Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

–  Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.

* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.

Contoh:

–  Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.

–  Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.

* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.

Contoh:

–  Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.

–  Aku atau dia yang akan kamu pilih.

* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.

Contoh:

–  Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.

–  Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.

* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.

Contoh:

–  Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.

2.2  Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)

Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).

Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:

1. Waktu : ketika, sejak

2.  Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu

3.  Akibat: hingga, sehingga, maka

4.  Syarat: jika, asalkan, apabila

5.  Perlawanan: meskipun, walaupun

6.  Pengandaian: andaikata, seandainya

7.  Tujuan: agar, supaya, untukbiar

8.  Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah

9.  Pembatasan: kecuali, selain

10.  Alat: dengan+ katabenda:  dengan tongkat

11.  Kesertaan: dengan+ orang

Contoh:

–  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.

2.3  Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.

Contoh:

–   Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

KMS:  Kami berhenti dan langsung pulang.

KMC:  Kami berhenti karena hari sudah malam.

.          Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h

–  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

KMS:  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.

KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

.

C.  Berdasarkan Isi atau Fungsinya

Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.

Macam-macam kalimat perintah :

* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.

Contoh : Gantilah bajumu !

* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.

Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !

* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.

Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !

2.  Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.

Macam-macam kalimat berita :

* Kalimat berita kepastian

Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

* Kalimat berita pengingkaran

Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.

* Kalimat berita kesangsian

Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.

* Kalmat berita bentuk lainnya

Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

3.  Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.

Contoh:

–  Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?

–  Kapan Becks kembali ke Inggris?

4.  Kalimat Seruan

Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.

Contoh:

–  Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

–  Bukan main, eloknya.

.

D. Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.

Contoh :

–   Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.

.           S               P                  K

–   Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.

.     S            P                              O

2. Kalimat Tidak Lengkap

Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh:

– Selamat sore

– Silakan Masuk!

– Kapan menikah?

– Hei, Kawan…

.

E.  Berdasarkan Susunan  S-P

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Kalimat Inversi

Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.

Contoh:

–  Ambilkan koran di atas kursi itu!

.          P                       S

–  Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.

.       S           P                          K

2.  Kalimat Versi

Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).

Contoh:

–  Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.

.            S                 P            O                     K

–  Aku dan dia bertemu di cafe ini.

.             S             P             K

.

F.  Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)

Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1.  Kalimat Yang Melepas

Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.

Contoh;

–  Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

–  Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

2. Kalimat yang Klimaks

Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.

Contoh:

–   Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.

–  Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.

3. Kalimat Yang  Berimbang

Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.

Contoh:

–   Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

–  Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.

.

G. Berdasarkan Subjeknya

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Kaliamat Aktif

Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum).

Contoh:

–  Mereka akan berangkat besok pagi.

–  Kakak membantu ibu di dapur.

Kalimat aktif  dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.1  Kalimat Aktif  Transitif

Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.

Contoh:    Eni mencuci piring.

.                 S        P         O1

1.2  Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.

Contoh:

–  Mereka berangkat minggu depan.

.        S              P                   K

–  Amel menangis  tersedu-sedu di kamar.

.     S                          P                          K

1.3  Kalimat Semi Transitif

Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.

Contoh:

–  Dian kehilangan pensil.

.      S          P            Pel.

–  Soni selalu  mengenderai sepeda  motor ke kampus.

.     S                     P                      Pel                   K

2.  Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.

Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

2.1  Kalimat Pasif  Biasa

Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.

Contoh:

–  Piring dicuci Eni.

.       S        P      O2

2.2  Kalimat Pasif Zero

Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.

Contoh:

–  Ku pukul adik.

.   O2    P      S

–  Akan  saya sampaikan pesanmu.

.               O2        P               S

Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :

1.  Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.

2.  Awalan me- diganti dengan di-.

3.  Tambahkan kata oleh di belakang predikat.

Contoh :   Bapak  memancing ikan. (aktif)

.                Ikan  dipancing oleh bapak. (pasif)

4.  Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.

Contoh :   Aku harus memngerjakan PR. (aktif)

.                PR harus kukerjakan. (pasif)

Kalimat Efektif

7 May

Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis /pembicara. Kalimat efektif dapat dikatakan efektif jika kalimat tersebut berhasil menyampaikan pesan, pikiran, gagasan, perasaan pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

.

Ciri-ciri Kalimat Efektif

Suatu kalimat efektif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

A.  Kesepadanan

Kesepadanan ialah keseimbangan ntara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Ciri – ciri kesepadanan suatu kalimat adalah:

a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

b. Tidak terdapat subjek yang ganda.

c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

1.  Bagi semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah. (salah)

.    →   Semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah. (benar)

2. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah)

.    →   Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar)

3. Mereka datang agak terlambat. Sehingga mereka tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran. (salah)

.    →   Mereka datang agak terlambat sehingga mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran. (benar)

.    →   Mereka datang terlambat. Oleh karena itu, mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran. (benar)

4.  Ayah yang berangkat ke kantor.(salah)

.     →   Ayah berangkat ke kantor. (benar)

B. Keparalelan atau Kesajajaran

Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:

1.  Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (salah)

.     →  Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (benar)

.     →  Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (benar)

2.  Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (salah)

.     →   Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (benar)

C. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap  ide pokok dari kalimat.  Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a.  Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:

1.  Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

.     →   Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

2.  Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

.     →   Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

b.  Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)

→  Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)

c.  Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengahrukan.

d.  Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Contoh:

Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e.  Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.

Contoh:

1.  Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

2.  Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

D. Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi  tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikaranekan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:

a. Menghilangkan pengulangan subjek.

b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

1.  Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (salah)

.     →   Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (benar)

2.  Dia mengenakan topi warna hitam. (salah)

.     →   Dia mengenakan tpi hitam. (benar)

3.  Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (salah)

.     →   Dia sudah menunggumu sejak pagi. (benar)

4.  Beberapa peserta-peserta sudah didiskualifikasik. (salah)

.     →   Beberapa peserta sudah didiskualifikasi. (benar)

E. Kecermatan

Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.

Contoh:

1.   Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)

.     →   Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)

.     →   Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)

2.   Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. (salah)

.     →  Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribu rupiah. (benar)

.     →  Dia menerima uang sebanyak dua puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)

F. Kepaduan

Kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat  itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:

1.  Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.

2.  Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

3.  Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh:

1.   Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (salah)

.      →   Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (benar)

2.   Surat itu saya sudah baca. (salah)

.      →   Surat iitu sudah saya baca. (benar)

3.  Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (salah)

.     →   Makalah ini membahas teknollogi fiber optik. (benar)

G. Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh:

1.  Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)

.     →   Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)

2.  Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)

.     →   Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut. (benar)

.

* Penjelasan Subjek dan Predikat (klik di sini)

*Penjelasan Kalimat (klik di sini)

Kalimat

7 May

Pengertian Kalimat

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang  lengkap. Kalimat adalah  satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan (http://id.wikibooks.org). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

.

Unsur – Unsur  Kalimat

1. Subjek

Subjek merupakan bagian kalimat yang menunjukkan  pelaku/masalah. Biasanya berupa kata benda/frasa (konkret/abstrak) yang merujuk kepada benda. Selain itu, subjek akan dapat menjawab suatu pertanyaan dengan menggunakan kata tanya : apa dan siapa.

Contoh:

Beckham sedang bermain bola.

S

Siapa yang sedang bermain bola?  Beckham.

2. Predikat

Predikat merupakan bagian kalimat yang akan memberitahukan  tindakan/keadaan dari subjek yang biasanya berupa kata/frasa. Predikat dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan kata tanya mengapa dan bagaimana.

Contoh:

Beckham sedang bermain bola.

S                         P

Bagaimana Beckham? Sedang bermain.

3. Objek

Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi predikat yang biasanya berjenis nomina, frasa, dan klausa. Objek dapat diubah menjadi subjek jika kalimat tersebut dipasifkan (dirubah dari aktif menjadi pasif).

Contoh:

Bola sedang dimainkan oleh Beckham.

S           P (pasif)                    O

4. Pelengkap

Pelengkap juga bagian kalimat yang melengkapi predikat. Biasanya berjenis kata/frasa nominz, frasa adjektiva dan frasa preposisional.

Contoh:

Dia mengambilkan ayahnya air minum.

S              P                   O              Pel

5. Keterangan

Keterangan merupakan bagian kalimat yang akan menerangkan berbagai hal tentang konjungsi (kata hubung).

Contoh:

Ayah mengikuti seminar di Inggris.

S             P            O             K

Macam-macam konjungsi:

1. Alat               :  dengan+gunting

2. Waktu           : di, ke, dari

3. Tujuan          : supaya, bagi, untuk, demi, …

4. Cara              : dengan hati-hati, dengan…

5. Penyertaan   : dengan ibu

6. Penyebab     : karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu

7. Saling           : satu sama lain…, saling…

.

Pola Dasar Kalimat

Pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia dapat ditentukan sebagai berikut:

1. KB + KK  → Kata Benda + Kata Kerja

Contoh:  Romeo belajar.

2. KB + KS →  Kata Benda + Kata Sifat

Contoh:  Dokter itu ramah.

3. KB + KBil → Kata Benda + Kata Bilangan

Contoh: Harga sepatu itu delapan puluh lima ribu.

4. KB + (KD + KB) → Kata Benda + (Kata Depan + Kata Benda)

Contoh: Dia di kantor.

5. KB1 + KK + KB2 → Kata Benda1 + Kata Kerja + Kata Benda2

Contoh: Becks bermain bola.

6. KB1 + KK + KB2 +KB 3  → Kata Benda1 + Kata Kerja + Kata Benda2

Contoh: Paman mencarikan kakak pekerjaan.

7. KB1 +KB2 → Kata Benda1 + Kata Benda2

Contoh:  Rohan peneliti.

.

Jenis-Jenis Kalimat

1. Berdasarkan pengucapan : Kalimat langsung dan tidak langsung.

2. Berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikal): Kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

3. Berdasarkan isi atau fungsinya: Kalimat berita, tanya, perintah dan seruan.

4. Berdasarkan unsur : kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap.

5. Berdasarkan susunan S-P: Kalimat versi dan kalimat inversi.

6. Berdasarkan bentuk gayanya (retorikanya): kalimat yang melepas, kalimat yang klimaks, dan kalimat yang berimbang.

7. Berdasarkan subjeknya: Kalimat aktif dan kalimat pasif.

(Lihat selengkapnya)

.

Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan pikiran dan perasaan penulisnya dengan jelas kepada pembaca. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis /pembicara. (Lihat selengkapnya ‎)

.

* Penjelasan Subjek dan Predikat (klik di sini)

Proposisi

17 Apr

Proposisi ialah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Dengan kata lain, Proporsisi sebagai pernyataan yang didalamnya manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.

.

Unsur – Unsur  Proposisi

Setiap proposisi akan mengandung undur-unsur berikut ini, yaitu:

(a) Term subyek     :  hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan. Term subyek dalam sebuah proposisi disebut subyek logis. Ada perbedaan antara subyek logis dengan subyek dalam sebuah kalimat. Tentang subyek logis harus ada penegasan/pengingkaran sesuatu tentangnya.

(b) Term predikat   :  isi pengakuan atau pengingkaran itu sendiri (apa yang diakui atau diingkari). Term predikat dalam sebuah proposisi adalah predikat logis yaitu apa yang ditegaskan/diingkari tentang subyek.

( c ) Kopula             :  penghubung antara term subyek dan term predikat dan sekaligus memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan yang terjadi. Jadi fungsi kopula ada tiga:

– Untuk menghubungkan subyek dan predikat

– Untuk menyatakan subyek itu sungguh-sungguh berada/exist

– Untuk menyatakan cara mana subyek berada.

.

Jenis-Jenis Proposisi

Proposisi dapat dibagi ke dalam 4 aspek, yaitu:

1. Berdasarkan bentuk

2. Berdasarkan sifat

3. Berdasarkan kualitas

4. Berdasarkan kuantitas

Gbr1.  Skema Jenis-Jenis Proposisi

Berdasarkan bentuknya, proposis dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:

a) Proposisi tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat.

Contoh:

–  Semua mahluk hidup pasti bernapas.

–  Semua orang terlihat bahagia hari ini.

b) Proposisi majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari d=satu subjek dan lebih dari satu predikat.

Contoh:

–  Setiap barang harus disusun dan ditata dengan rapi.

–  Pakaian ini dicuci dan dijemurkan oleh kakak.

Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:

a) Proposisi kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.

Contoh:

–  Setiap mahasiswa memiliki KTM sebagai identitasnya.

–  Semua wajib pajak wajib membayar pajak.

b) Proposisi kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.

Contoh proposisi kondisional hipotesis:

–  Jika hari ini tidak hujan, dia pasti akan menepati janjinya.

–  Jika waktu dapat terulang kembali, aku pasti lebih berusaha lagi.

Contoh proposisi kondisional disjungtif (mempunyai 2 pilihan alternatif):

–  Dia tidak jadi datang karena sibuk atau malas.

–  David Beckham adalah seorang pemain bola atau model.

Berdasarkan kualitasnya, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

a)  Proposisi positif merupakan proposisi yang memiliki persesuaian antara subjek dan predikatnya.

Contoh:

–  Semua manusia adalah mahluk hidup.

–  Harimau adalah hewan buas.

–  Semua insinyur adalah orang pintar.

b) Proposisi negatif merupakan kebalikan dari proposisi positif, dimana tidak ada terdapat kesesuaian antara subjek dan predikatnya.

Contoh:

–  Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan jilbab.

–  Semua aves bukanlah omnivora.

–  Tidak ada tumbuhan yang dapat berjalan.

Aspek terakhir adalah berdasarkan kuantitas. Berdasarkan aspek ini, proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

a) Proposisi umum atau universal adalah proposisi yang pada umumnya diawali dengan kata semua atau seluruh.

Contoh:

–  Semua warga negara Indonesia wajib memiliki KTP sebagai identitasnya.

–  Semua mahasiswa harus mengerjakan tugas yang diberikan dosen.

b) Proposisi khusus atau spesifik adalah proposisi yang pada uumnya diawali dengan kata sebagian dan beberapa.

Contoh:

–  Sebagian kendaraan bermotor diparkir di halaman belakang.

–  Sebagian mahasiswa pulang ke kampung halaman untuk menghabiskan liburannya.

–  Beberapa pelajar pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.

Sumber:  http://kuliahfilsafat.wordpress.com/2009/11/22/putusan-dan-proposisi/

Silogisme

28 Mar

Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar.

Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan “X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
a.   Barang siapa melanggar peraturan “X” harus dihukum.
b.   Ia melanggar peraturan “X”
c.    la harus dihukum.
Bentuk seperti itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis ma-yor) dan kalimat kedua (premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan (kalimat ketiga).

Pada contoh, kita lihat bahwa ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor) diulangi dalam (premis minor). Demikian pula ungkapan “harus dihukum” di dalam kesimpulan. Hal itu terjadi pada bentuk silogisme yang standar.

Akan tetapi, kerap kali terjadi bahwa silogisme itu tidak mengikuti bentuk standar seperti itu. Misalnya:
Semua yang dihukum itu karena melanggar peraturan
Kita selalu mematuhi peraturan
Kita tidak perlu cemas bahwa kita akan dihukum.
Pernyataan itu dapat dikembalikan menjadi:
a. Semua yang melanggar peraturan harus dihukum
b. Kita tidak pernah melanggar (selalu mematuhi) peraturan
c. Kita tidak dihukum.

Secara singkat silogisme dapat dituliskan                                             JikaA=B dan B=C maka A=C

.
1)   Premis dan Term

Untuk memahami silogisme perlu kita ketahui dahulu beberapa istilah yang digunakan. Proposisi ialah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Premis ialah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan berdasarkan premis mayor dan premis minor. Subjek pada kesimpulan itu merupakan term minor. Term menengah menghubungkan term mayor dengan term minor dan tidak boleh terdapat pada kesimpulan. Perlu diketahui, term ialah suatu kata atau kelompok kata yang menempati fungsi subjek (S) atau predikat (P).

Contoh:
(1)   Semua cendekiawan adalah manusia pemikir.
(2)   Semua ahli filsafat adalah cendekiawan.
(3)   Semua ahli filsafat adalah manusia pemikir.

Bentuk di atas merupakan bentuk standar silogisme. Di dalamnya terdapat 3 term (hanya 3 term), yaitu term mayor, minor, dan tengah. Term-term itu tercantum dalam kalimat yang disebut proposisi. Proposisi (1), dan (2) merupakan premis yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan pada proposisi nomor (3). Proposisi (1) merupakan premis mayor yaitu premis yang merupakan pernyataan dasar umum yang dianggap benar untuk suatu kelas tertentu. Di dalamnya terdapat term mayor (manusia pemikir) yang muncul dalam kesimpulan sebagai predikat.
Proposisi (2) merupakan premis minor yang mengemukakan pernyataan tentang peristiwa atau gejala khusus yang merupakan bagian atau anggota kelas premis mayor. Di dalamnya terdapat term minor (ahli filsafat) yang menjadi subjek dalam kesimpulan. Term mayor itu dihubungkan oleh term tengah (cendekiawan) yang tidak boleh diulang di dalam kesimpulan. Term tengah inilah yang memungkinkan kita menarik kesimpulan.

2)   Macam-macam Proposisi

Berdasarkan pengertian tentang term, maka proposisi dapat pula dibatasi sebagai pernyataan tentang hubungan antara term-term. Dari kualitasnya hubungan itu mungkin berisi pembenaran (positif), yaitu menyatakan adanya hubungan antara term-term; atau bersifat mengingkari (negatif), artinya menyatakan tidak adanya hubungan antara term-term.

Proposisi dapat digolong-golongkan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:
(1) Menurut bentuknya, proposisi dapat dibedakan sebagai proposisi tunggal dan majemuk. Proposisi tunggal ialah proposisi yang hanya berisi satu pernyataan saja, sedangkan proposisi majemuk merupakan gabungan antara dua proposisi tunggal atau lebih.

Contoh:

Tunggal:
Semua manuasia fana
Setiap calon mahasiswa harus mengikuti ujian seleksi.

Majemuk:
Semua manusia fana dan pernah lupa.
Tidak seorangpun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar ITB dan IPB.

Proposisi “Semua manusia fana dan pernah lupa” sebenarnya merupakan gabungan dua proposisi tunggal, yaitu “Semua manusia fana” dan “Semua manusia pernah lupa”. Karena kedua proposisi itu positif, maka gabungannya merupakan proposisi majemuk kopulatif Sedangkan “Tidak seorangpun siswa SLA menjadi Senat Guru Besar ITB dan IPB” merupakan himpunan dua proposisi tunggal negatif, yaitu “Tak seorang pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar ITB” dan “Tak seorang pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar IPB”. Gabungan seperti itu merupakan proposisi majemuk rimotif.

(2) Menurut sifat pembenaran atau pengingkaran hubungan antara Subjek dan Predikat , proposisi mungkin merupakan proposisi kategoris atau proposisi kondisional. Jika hubungan itu tanpa syarat, proposisi digolongkan ke dalam proposisi kategoris, dan sebaliknya Jika disertai syarat, proposisi termasuk ke dalam proposisi kondisional.

Contoh:
Kategoris:                                     Sebagian manusia hidup makmur.
Kondisional :                               Jika mutu makanan ayam diperbaiki, telur yang di-hasilkan lebih bermutu.

Proposisi kondisional dapat dibagi lagi menjadi proposisi kondisional hipotetis dan proposisi kondisional disjungtif.
♣  Proposisi kondisional hipotetis terdiri atas dua bagian, yaitu anteseden dan konsekuen. Anteseden ialah bagian yang berisi syarat dan konsekuen berisi akibat. Menurut logika tradisional anteseden selalu mendahului konsekuen.
Contoh:
Kalau metodenya diubah (anteseden) maka hasilnya akan berbeda (konsekuen).
♣  Proposisi kondisional disjungtif berisi alternatif (pilihan)
Contoh: Pelakunya seorang bekas pelaut atau bekas anggota gerombolan kita akan melanjutkan diskusi ini atau bubar saja

(3) Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dibedakan menjadi proposisi universal dan proposisi khusus (partikular, particular). Pada.proposisi universal, predikat membenarkan atau mengingkari seluruh subjek, sedang pada proposisi partikular hanya membenarkan atau mengingkari sebagian saja.
Ungkapan untuk menyatakan proposisi universal antara lain: semua, seluruh, tiap-tiap, setiap kali, masing-masing, selalu, tidak satu pun, tidak pernah. dan tidak seorang pun. Untuk proposisi partikular biasanya dipergunakan kata-kata seperti: sebagian, banyak, kebanyakan, sering, kadang-kadang, dan dalam keadaan tertentu, beberapa.

(4) Selanjutnya menurut kualitas dan kuantitasnya proposisi dapat digolong-golongkan sebagai berikut:
a. Proposisi universal positif (affirmative), di dalam logika diberi simbol A
b. Proposisi universal negatif: E
c. Proposisi partikular positif: I
d. Proposisi partikular negatif: 0

Contoh:
A :                  Semua pengikut Sipenmaru lulusan SLTA.
E :                 Tidak satu pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar IPB.
I  :                  Beberapa petani memiliki traktor.
0 :                  Sebagian mahasiswa tidak pernah melakukan KKN.
3)   Distribusi Term

Menurut kualitas dan kuantitas proposisi, term mungkin bersifat distributif atau nondistributif. Suatu term dikatakan distributif, jika meliputiseluruh denotasinya, dan dikatakan nondistributif, Jika hanya meliputi sebagian saja.
Dengan demikian, maka dalam proposisi
A :                  S distributif, P nondistributif.
E :                  S distributif, P distributif.
I  :                  S nondistributif, P nondistributif
O :                  S nondistributif, P distributif.~’

Contoh:
Premis mayor (MY) :   Manusia makhluk rasional
Premis minor (MN) :   Kucing bukan manusia
Kesimpulan (K)         :   Kucing tidak rasional

My  :   Setiap manusia pernah lupa
Mn  :   Mahasiswa adalah manusia
K     :    Mahasiswa pernah lupa.

Dari uraian di atas dapat diringkaskan bahwa:
a.    Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
b.    Proses penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan.
c.    Strukturnya tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
d.    Premis mayor berisi pernyataan umum.
e.    Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor (term mayor).
f.     Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
4)  Persyaratan

Selain itu ada beberapa pembatasan yang perlu diketahui sehubungan dengan penalaran dalam bentuk silogisme:
a.   Di dalam silogisme hanya mungkin terdapat 3 (tiga) term.
Contoh:
Semua manusia berakal budi
Semua mahasiswa adalah manusia
Semua mahasiswa berakal budi.

b.   Term tengah tidak boleh terdapat di dalam kesimpulan.

c.   Dari dua premis ingkar (negatif, menggunakan kata “tidak”atau”bukan) tidak dapat ditarik kesimpulan.

d.   Kalau kedua premisnya positif (tidak ingkar), kesimpulannya harus positif.

e.    Term-term yang mendukung proposisi harus jelas, tidak pengertian ganda atau menimbulkan keraguan..
Misalnya:
My :   Semua buku mempunyai halaman
Mn :    Ruas mempunyai buku
K     :    Ruas mempunyai halaman.

f.    Dari premis mayor partikular dan premis minor negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.

g.    Premis mayor dalam silogisme mungkin berasal dari teori atau diperoleh melalui penelitian ilmiah yang panjang prosesnya. Kebenaran dan kesalahan kesimpulan yang ditarik dari premis yang demikian lebih “mudah” diuji. Tetapi dalam kenyataannya premis mayor kerap kali bersumber pada pendapat umum, kebiasaan, kepercayaan, bahkan,takhayul,kita harus berhati-hati dalam hal terakhir.

Sumber: http://www.scribd.com/doc/9678460/Aspek-Penalaran-Dalam-Karangan

Subjek dan Predikat

28 Mar

Subjek dan predikat termasuk ke dalam unsur penyusun kalimat. Subjek merupakan unsur kalimat yang menunjukkan pelaku. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang memberitahukan objek atau subjek dalam keadaan bagaimana.

1.  Subjek

Subjek dapat berupa:

a)  Kata benda atau kata yang dibendakan (frasa nominal)

Contoh:

Pertemuan itu ditunda sampai minggu depan. (Subjek : Pertemuan itu (kata benda)

Panasya sangat menyengat. (Subjek: Panasnya (kata keadaan yang dibendakan)

Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis. (Subjek: Mahasiswa (frasa nominal))

b)  Subjek disertai kata penunjuk yang ditempatkan antara subjek dan predikat, dan bahkan kata ganti penunjuk itu dapat bertindak menjadi subjek dalam kalimat.

Contoh:

Perhiasannya mahal. (Subjek: Perhiasaanya)

Itu perhiasan mahal. (Subjek: Itu)

c)  Subjek berupa jawaban atas pertanyaan apa dan siapa yang.

Contoh:

Makalah itu saya serahkan.

Saya menyerahkan makalah itu.

d. Subjek ddapat didahului jkata tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung, kecuali bahwa. Kata tugas ini berfungsi untuk memperluas kalimat.

Contoh:

Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang hari ini.

Telah terbukti bahwa dia mencuri.

Dari hasil laboratorium diketahui bahwa golongan darahnya adalah O.

e)  Subjek dapat diberi keternagan pewatas yang.

Keterangan pewatas yang ditempatkan di belakang atau kelompok kata yang bertindak sebagai subjek.

Contoh:

Icuk Sugianto yang juara dunia bulu tangkis tahun 1983 kalah lagi nertanding dengan Yang Yang.

David Beckham yang mantan kapten tim sepak bola Inggris sedang menjalani operasi di Finlandia.

f)  Subjek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk.

Contoh:

Mereka ingin pulang karena (mereka) sudah terlalu letih.

==> Mereka ingin pulang karena sudah terlalu letih.

.

2.  Predikat

Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, tetapu dapat pula nomina atau frasa nominal.

a)  Predikat berupa kata (kata benda, katakerja, kata sifat, kata bilangan , dan kata depan) dan kelompok kata.

♣  Predikat berupa kata benda atau frasa nomna

Contoh:  Mereka itu mahasiswa.

♣ Predikat berupa kata kerja atau frasa verba

Contoh: Dia datang menghadiri rapat itu.

♣ Predikat berupa kata sifat atau frasa ajektiva.

Contoh:  Harga sepatu itu mahal sekali.

♣ Predikat berupa kata bilangan atau numerial.

Contoh: Jumlah penonton di stadium ini sekitar lima ribu orang.

b)  Predikat itu merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana.

Contoh:  Pertemuan itu kurang menarik.

c)  Permutasian Predikat dengan Subjek.

Contoh:  Dosen itu datang terlambat ==>  Datang terlambat dosen itu.

d)  Predikat dapat didahului kata keterangan as[ek atau modalitas.

Contoh:  Orang itu (sudah, akan,belum, telah) menjadi wartawan terkenal di ibukota.

e)   Peran predikat dalam kalimat.

♣ Pernyataan

Contoh:   Pedagang itu anak seorang nelayan. (Predikat berupa frasa nominal)

♣  Perintah

Catatan penting untuk predikat yang berperan sebagai perintah:

→  Subjek dapat ditiadakan

→  Setiap kalimat diakhiri dengan tanda seru (!)

→  Dapat berupa kata kerja tan[a imbuhan seperti, pulang,pergi, gerak, dan tenang.

→  Partikel -lah mempertegas  (kalimat) perintah.

→  Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang, jangan, dan harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan, permohonan, dan larangan

Contoh:

Harap tenang!

Perhatikan baik-baik!

♣  Pertanyaan

Predikat yang berperan sebagai pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik danmenurun serta tanda tanya(?) dalam kalimat tulis. Dalam peranya ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

→  Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan seperti terlihat dalam sebuah contoh

→   Partikel -kah dapat ditambahkan sebagai penekanan. Contoh:  Marahkah dia?

→   Dengan merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun. predikat pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan.

Contoh:  Dia ke sini kemarin (Pernyataan).  ===>   Dia ke sini kemarin? (Pertanyaan)

→   Kata tanya seperti apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan dapat ditambahkan dan intonasi kalimat akan menurun.

Contoh:  Apa isi surat itu?

.

3.  Hubungan Subjek dan Predikat dengan Teori Himpunan

Keterangan:   S = Subjek  P = Predikat

Dari gambar Euler di atas, maka hubungan Subjek dan Predikat adalah:

Gambar (I) menyatakan bahwa subyek  identik dengan P (sama kedudukan).

Bentuk:  S = P ( S adalah P).

Contoh :  Semua manusia adalah makhluk sosial.

Gambar(II) menunjukkan bahwa Subjek tidak memiliki hubungan dengan Predikat.

Bentuk: Tidak ada S yang P.

Contoh:  Tidak ada cacing yang bernapas dengan paru-paru.

Gambar(III) menyatakan bahwa Subjek merupakan bagian dari Predikat atau sebagian dari Predikat adalah Subjek.

Bentuk: Semua S adalah P.

Contoh: Semua kerbau adalah binatang.

Gambar(IV) menyatakan bahwa sebagian dari Subjek adalah Predikat.

Bentuk: Beberapa S = P.

Contoh: Beberapa manusia jenius.

.

* Penjelasan Kalimat. (klik di sini)

* Penjelasan Kalimat Efektif (klik di sini)

Sumber:

http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/99009-6-603117716869.doc

Bahasa Nasional dan Kebanggaan Nasional

19 Mar

Salah satu fungsi dari bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang kebanggan nasional. Di samping fungsinya sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa dan sarana komunikasi antarsuku dan anatar budaya bangsa. Dari ketiga fungsi tersebut, fungsi yang terakhir disebutkan merupakan fungsi yang kelihatan jelas dan tidak banyak menimbulkan persoalan. Dari fungsi yang ketiga itu, bangsa Indonesia menunjukkan kebanggaannya dan yang sekaligus membedakannya dengan bangsa – bangsa yang lain.

Sejarah telah membuktikan bahwa lahirnya Republik Indonesia banyak ditentukan dari faktor kehadiran / kelahiran dari bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan RI dapat dikumandangkan karena adanya bahasa Indonesia, UUD negara Ri (UUD’45) disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, semangat juang pahlawan – pahlawan bangsa dikobarkan dengan menggunakan bahasa indonesia. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan bangsa ini pada masa itu, jika bahasa Indonesia tidak ada. Tidak akan ada alat yang dapat dipergunakan untuk mempersatukan seluruh kekuatan untuk melawan para penjajah dan merebut kemerdekaan. Hal – hal tersebut menunjukkan peranan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangs. Fungsinya sebagai sarana komunikasi antara suku dan antar budaya adalah suatu kebanggan merupakan suatu kenyataan.

Bahasa Indonesia merupakan lambang kebanggan nasional. Pernyataan ini sebenarnya mungkin harus dibuktikan dengan sikap yang tercermin dalam perilaku setiap warga negara Indonesia. Selama ini, hal tersebut masih menjadi masalah. Permasalahan yang dimaksuda adalah seperti berikut ini:

♣  Mengapa kita harus memiliki rasa bangga memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?

♣ Apakah benar di dalam kenyataannya, setiap warga Indonesia menunjukkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia?

♣  Apa saja syarat kebahasaan yang harus ada sehingga bahasa Indonisia dapat dibanggakan?

♣ Sikap yang bagaimanbakah yang mendaasari kebanggaan seseorang terhadap bahasa Indonesia?

♣ Usaha – usaha apakah yang diperlukan agar bahasa Indonesia benar – benar menjadi kebanggaan nasional?

Setiap bangsa pada hakikatnya memerlukan alat tunggal  yang dapat mengkimuniksikan seluruh bangsa.. Namun, tidak semua bangsa berhasil mewujudkan hal tersebut. Ada beberapa bangsa yang berhasil mengangkat salah satu bahasa daerahnya menjadi bahasa nasionalnya, tetapi ada beberapa bangsa yang lain yang menggunakan lebih dari satu bahasa sebagai bahasa nasionalnya. Selain itu, ada juga bangsa yang memiliki hanya satu bahasa nasional, tetapi bahasa tersebut bukan miliknya.

Bangsa Indonesia termasuk salah satu bangsa yang beruntung, karena hanya memiliki satu bahasa nasional dan bahasa itu adalah miliknya. Di sampingh itu, bahasa nasional bangsa Indonesia mempunyai dasar ehukum secara formal dalam UUD RI. Bahasa tersebut juga berlaku dalam kenyataan sehari – hari, baik dalam arti ‘de jure’ and ‘de facto’.Dengan kenyataan ini, kita seharusnya memiliki rasa bangga dengan bahasa nasional kita.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tidak semua bangsa memiliki sebuah bahasa nasional. Belgia misalnya, menggunakan 2 bahasa resmi dan bukan merupakan bahasa aslinya (Prancis dan Jerman). Bangsa Swiss harus menggunakan 4 bahasa nasional atau resmi sekaligus (Jerman, Perancis, Inggris, dan Rumania). Keempat bahasa tersebut juga bukan miliknya. Situasi seperti ini, tidaklah menguntungkan bagi suatu bahasa karena tidak dapat mencirikan bangsa tersebut, tidak ada identitas bangsa tersebut.

Tanpa mengurangi arti bahwa dalam kenyataan, bahasa Indonesia merupakan satu – satunya bahasa yang dapat mengkomunikasikan seluruh bangsa Indonesia yang memiliki beragam bahasa daerah. Walaupun demikian, pada kenyataannya masih ada terdapat perilaku-perilaku yang kurang menguntungkaan bagi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Perilaku-perilaku tersebut adalah:

→ Terdapat kewajiban bagi tiap – tiap daerah untuk membina dan mengembangkan bahasa daerahnya masing – masing.

→ Adanya ‘keharusan’ atau ‘keterpaksaan’ untuk mengembangkan bahasa asing.

Dengan kenyataan tersebut, maka kebanggaan terhadap bahasa Indonesia masih dalam tahap pengujian dan merupakan persoalan yang memerlukan jawaban. Sebagai bangsa yang merasa bertanggung jawab terhadap bahasa nasional, kita seharusnya bisa berusaha memecahkan persoalan tersebut, walaupun secara sadar mengetahui tidak akan dapat berhasil dengan sekali pukul.Usaha – usaha yang harus ditempuh untuk menanggulangi masalah tersebut adalah:

♥  Jalur pembinaan aspek – aspek kebahasaan beserta beserta fungsi – fungsi

♥ Jalur pembinaan sikap mental beserta perilaku penuturnya.

Sumber;  Drs.H.M.E. Sihendan, Dra.Hj. Pra Supinah, ‘Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia’, 1994, Bandung: Pionir Jaya.

Penalaran

14 Mar

Ada 3 bentuk pemikiran atau logika dalam setiap individu, yaitu pengertian (konsep), pernyataan (proporsisi), dan penalaran (reasoning).  Penalaran merupakan bentuk tertinggi dari ke tiga bentuk pemikiran tersebut , sehingga penalaran akan lebih rumit jika dibandingkan dengan pengertian dan pernyataan (proporsisi). Penalaran  adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Secara sederhana, penalaran didefenisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proporsisi – proporsisi yang mendahuluinya.

Contoh:

Logam 1 dipanasi memuai.

Logam 2 dipanasi memuai.

Logam 3 dipanasi memuai, dst.

Jadi disimpulkan:    Semua logam yang dipanasi memuai.

Dari contoh di atas, daapat diketahu bahwa penalaran merupakan gerak pikiran dari proposisi1, proporsisi2, dst, hingga proporsisi yang terakhir (=kesimpulan). Jadi penalaran merupakan suatu proses pikiran yang terdiri dari premis (antasedens) dan konklusi (consequence). Premis merupakan proposisi yang dijadikan sebagai dasar penyimpulan, sedangkan konklusi adalah hasil kesimpulannya.

Metode di dalam penalaran dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu metode penalaran deduktif dan metode penalaran induktif.

1. Metode penalaran deduktif.  Metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, kemudian dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Dengan kata lain, metode ini memiliki konklusi lebih sempit dari pada premisnya.

Contoh:

Semua manusia akan mati. (premis mayor)

Gunawan adalah manusia. (premis minor)

Jadi:  Gunawan akan mati. (konnklusi)

2. Metode penalaran induktif. Kebalikan dari metode penalaran deduktif. Metode ini digunakan dalam berpikir dengan menerapkan hal-hal dari khusus ke umum. Dengan kata lain, metode ini memiliki konklusi yang lebih luas daripada premisnya.

Contoh:

Logam 1 memuai kalau dipanaskan. (premis mayor)

Logam 2 memuai kalau dipanaskan. (premis minor)

Jadi:  Semua logam memuai kalau dipanaskan. (konklusi)

Hukum – Hukum Penalaran

Hukum penalaran ini dibuat untuk memberikan penjelasan dan menerangkan bahwa “benar” tidak sama dengan “logis”.  “Benar” dalam hal ini berhubungan dengan proporsisi. Proporsisi dikatakan benar jika ada kesesuaian antara subjek dan predikat. Sedangkan “logis” berkaitan dengan penalaran (reasoning). Suatu penalaran dapat dikatakan logis jika penalaran tersebut memiliki bentuk yang tepat.

Hukum pertama:  Jika premis benar, konklusi benar.

Contoh:

Semua manusia akan mati.   (premis mayor)   →   benar

Romeo adalah manusia.  (premis minor)  →   benar

Jadi, Romeo akan mati.  (konklusi) →   benar

Hukum kedua:  Jika konklusi salah, maka premisnya akan salah.

Contoh:

Semua manusia akan mati. (premis mayor)   →  benar

Malaikat adalah manusia. (premis minor)   →  salah

Jadi: Malaikat akan mati. (konklusi )  →  salah

Jika konklusi juga akan bernilai salah, maka  ada premis (kedua-duanya atau salah satu) bernilai salah.

Hukum ketiga:  Jika premisnya salah, konklusinya dapat bernilai benar, tetapi dapat juga bernilai salah.

Contoh:

Malaikat itu benda fisik.  (premis mayor)    →   salah

Batu itu malaikat.  (premis minor)   →  salah

Jadi:  Batu itu benda fisik.  (konklusi)    →  benar

Hukum keempat:  Jika konklusi benar,  maka premis dapat benar, tetapi dapat juga bernilai salah

Contohnya dapat dilihat pada contoh hukum ketiga.

sumber:  http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab6-penalaran.pdf

Mengapa kita harus belajar bahasa Indonesia?

27 Feb

Bahasa adalah sumber daya dalam kehidupan bermasyarakat, karena digunkan sebagai alat komunikasi.  Seseorang akan berhasil dalam pelajarannya, ataupun pekerjaaannya jika dia bisa memahami orang lain dan membuat orang lain memahami dirinya sendiri. Semakin kita dapat memahami orang lain dan membuat orang lain juga dapat memahami kita, maka sudah pasti kita akan semakin berhasil dan semakin terkenal. Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan dan ketenaran itu sangat bergantung kepada adanya hubungan saling memahami dan saling mengerti di antara sesama manusia.

Perwujudan hubungan saling memahami dan saling mengerti ini sangat erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa. Kita akan dapat memahami orang lain, jika kita dapat mendengarkan perkataannya, ataupun membaca apa yang ditulisnya dengan baik. Dan sebaliknya juga, orang lain akan dapat memahami kita, jika kita dapat berbicara ataupun menulis dengan baik. Dengan demikian, kedua hubungan tersebut sangat berkaitan erat dengan ketrampilan mendengarkan, membaca, menulis dan berbicara.

Ketrampilan-ketrampilan tersebut merupakan cara kita berkomunikasi dengan sesama. Komunikasi yang efektif dapat dilakukan jika kita mampu membina ketrampilan kita dalam hal menelaah, mengamati, mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Kita harus bisa menelaah apa yang kita baca, dan kita harus bisa mengamati apa yang kita lihat. Kita juga harus mampu mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, bukan hanya sekedar mendengar saja. Selain itu, kita harus mampu menulis dan berbicara, sehingga orang lain dapat memahami dan mengerti akan apa yang kita bicarakan atau kita tuliskan. Semua ketrampilan ini tidak lahir begitu saja, kita harus mempelajari dan membinanya secara terus-menerus.

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, salah satunya adalah bahasa. Setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki bahasa daerah masing-masing. Hal ini bukanlah suatu hal menguntungkan, karena dapat memecah persatuan bangsa. Untuk mengatasinya, bangsa kita memerlukan suatu alat komunikasi yang dapat mempersatukan semua budaya yang ada.

Pada tanggal 28  Oktober 1928 diikrarkanlah Sumpah Pemuda, yang menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan negara. Hal ini juga dicantumkan dalam  UUD tahun 1945. Sekarang ini pemakaian Bahasa Indonesia sudah tersebar sangat luas. Kita dapat mendengarkan orang-orang berbicara dalam berbahasa Indonesia di kantor, di rukun kampung, di kelurahan, di pertemuan diskusi, seminar, loka karya, konferensi, simposium dan bahkan pidato kenegaraan pun disampaikan dalam bahasa Indonesia.

Selain dalam pertemuan dan pidato, pada berbagai jenis buku ilmu pengetahuan, teknologi,kesenian, agama dan kebudayaan dituliskan dalam bahasa Indonesia. Media cetak dan media elektronik, seperti radio dan televisi juga memberikan kita informasi dan berita dalam bahasa Indonesia.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, kita dapat mengetahui apa yang terjadi jika kita tidak dapat menguasai bahasa Indonesia. Jelaslah bahwa kita tidak akan dapat mengerti dan memahami pembicaraan orang lain, kita tidak dapat memahami buku yang kita baca. Hal ini akan membuat kita tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi dan menjadi ketinggalan informasi.

Pada zaman sekarang ini, penggunaan bahasa Inggris memang lebih terasa bergengsi daripada penggunaan bahasa Indonesia. Namun, kita  perlu diingatkan bahwa bahasa negara dan bahasa nasional kita adalah bahasa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia kita perlu melestarikan budaya yang kita miliki. Untuk membuat bahasa Indonesia lebih terasa bergengsi, kita harus bisa melakukan pengembangan secara terus-menerus tanpa harus menghilangkan identitas bangsa kita..

Sumber:

S.Effendi,  Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik Dan Benar, Pustaka Jaya, Jakarta, 1995

Autobiografiku

27 Feb

Cewek chubby ini sekarang sudah berusia 22 tahun lebih 3 bulan. Dia sekarang masih melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas swasta yang ternama di Indonesia. Dari segi usia, seharusnya dia sudah menyelesaikan pendidikan jejnang S1-nya, malahan sekarang dia harus kuliah dengan teman-teman yang lebih muda dengannya.  Walaupun demikian tidak membuat dia patah semangat, dia terus berjuang demi membahagiakan kedua orang tuanya yang berada jauh dengannya.

Dua puluh dua tahun yang lalu tepatnya tanggal 18 November 1987, dia lahir di sebuah kota kecil yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Nama kota itu adalah Kabanjahe. Dia dilahirkan dalam sebuah keluarga sederhana dan bahagia. Kelahirannya begitu sangat dinantikan karena sebelum dia dilahirkan, dokter memprediksikan kalau ibunya tidak akan dapat melahirkannya dengan selamat. Tapi ternyata kehendak Tuhanlah berkuasa, dia dapat dilahirkan dengan selamat dan sehat. Kedu orangtuanya memberikannya nama Priskanta. Dia memiliki sesosok bapak yang sangat giat bekerja siang dan malam dan juga bertangggung jawab, ibunya sangat disiplin dan tegas. Dia sangat bahagia dilahirkan dalam keluarga sederhana itu, walaupun pekerjaan bapaknya hanyalah sebagai petani dan ibunya sebagai PNS. Dia tetap bangga dengan kedua orangtuanya dengan segala kekurangannya. Dalam hidupnya, dia memiliki satu tujuan besar untuk membahagiakan kedua orangtuanya, membuat mereka bangga memiliki seorang anak perempuan, membuat mereka tidak akan merasa dikucilkan atau diremehkann orang lain dan mereka bisa mengangkat kepala mereka dengan tersenyum manis.

Dia terlahir sebagai anak sulung dari 2 bersaudara. Dia memilikik seorang adik laki-laki yang sangat keras kepala. Pada umumnya, seorang adik akan patuh kepada kakaknya, tetpai hal ini tidak berlaku kepadanya. Dia diajarkan untuk selalu mengalah kepada adiknya untuk menghindari pertengkaran dan keributan. Dia harus bisa mengikuti kemauan adiknya. Awalnya dia ada memiliki perasaan benci kenapa harus memiliki adik seperti itu, tapi akhirnya dia  bisa menerimanya juga. Dia menyadari kalau dia hanya memiliki seorang saudara kandung yang harus dia sayangi. Dia percaya kalau adiknya juga pasti menyayanginya walaupun dengan cara yang berbeda.

Pada waktu berusia 5 tahun, dia dudduk di bangku TK yang ada di kota kelahirannya, TK Cahaya. Sekolah tersebut ada di dekat rumahnya, sehingga orangtuanya tidak perlu terlalu memikirkannya. Dia tumbuh menjadi seorang gadis yang periang dan sangat patuh kepada orangtuanya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di TK tersebut, kedua orangtuanya berencana untuk memasukkannya ke salah satu SD negeri yang ada di sana. Namun, hal tersebut tidak terwujud karena ada satu syarat yang tidak terpenuhi, yaitu umur harus genap 7 tahun. Kedua orangtuanya tidak ingin menyelohkannya tahun depan. Oleh karena itu, dia didaftarkan di salah satu SD swasta, SD.Sint.Yoseph. Sekolah dasar ini sangat terkenal dengan disiplinnya dan kebetulan juga sekolah ini dekat dengan rumahnya.

Tiga tahun pertama dia harus dititipkan di rumah suster yang berada satu lokasi dengan sekolah ketika sekolah telah berakhir. Dia akan dijemput setelah ibunya pulang dari kantor. Selama dia dititipkan di rumah suster, banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang diperolehnya. Selama di sekolah tersebut, dia memang bukan murid yang selalu masuk ranking 10 besar, tetapi dia tidak pernah menyusahkan guru-gurunya.

Pada tahun 1999, dia bisa lulus dari sekolah dasar dengan nilai yang cukup memuaskan. Dia melanjutkan pendidikannya ke SMP yang masih terdapat di kota kelahirannya. Kedua orangtuanya mendaftarkan di sekolah negeri, SMP Negeri 1 Kabanjahe menjadi pilihannya. Sekolah tersebut merupakn sekolah terfavorit di daerah itu. Dia pun bisa masuk ke sekolah tersebut walaupun tidak bisa duduk di kelas unggulan. Awalnya, dia merasa agak sulit beradaptasi di sekolah negeri karena keadaanya benar-benar berbeda dengan sekolah swasta. Setelah beberapa bulan, dia bisa mengadaptasikan diri di sekolah tersebut. Dia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PKS ( Pembantu Keamanan Sekolah) dan tari, tapi tak ada satu pun yang bertahan lama.

Selama 3 caturwulan pertama, dia bisa masuk ke dalam ranking 10 besar di kelasnya. Hal ini membuatnya bisa menaikkan level dari kelas I-4 ke kelas II-2. Dia sangat menyukai pelajaran bahasa inggris, dan pelajaran eksakta khususnya matematika, fisika, biologi dan elektronika. Dia tidaklah terlalu populer di sekolahnya, tetapi dia memiliki banyak teman yang selalu menyukainya. Selama dudui di sekolah mengah pertama ini jugalah dia mengalamii puberitas seperti kebanyakan remaja lainnya untuk menyukai lawan jenisnya. Hanya saja mungkin dia terlalu berlebihan menyukai seorang cowok, dia melakukannya dengan sepenuh hati, walaupun cowok tersebut tidak memberikan respon. Semenjak itu, dia sangat sulit untuk menyukai cowok untuk kedua kalinya. Dia menyadari banyak kekurangan yang ada padanya, sehingga membuat dia tidak percaya diri.

Selain itu, dia juga tidak sama dengan teman-temannyayang bisa bersenang-senang setelah pulang dari sekolah. Dia harus membantu ibunya di kebun yang letaknya tidak jauh dari rumah dan dekat dengan kantor ibu. Di kebun itu , ibu menanam wortel, sawi, daun singkong, tomat, dll dalam jumlah yang tidak banyak. Walaupun tidak membantu ibu di kebun, dia harus menjual atau menghantarkan hasil panen kepada pelanggan-pelanggan ibu. Terkadang ada terbersit perasaan malu jika harus berpapasan dengan teman sekolah ketika dia harus menjinjing daun sinkong di kepalanya atau meneteh  2 kantong besar  wortel. Itu hanya terjadi sesaat saja, dia menyadari bahwa dia memang harus membantu kedua orangtuanya untuk bisa terus sekolah. Bapaknya memang terlihat jarang mengurus kebun kecil ini karena dia harus mengurus kebun yang satu lagi yang letaknya sangat jauh dari rumah.

Dalam waktu 3 tahun, dia dapat lulus dari SMP1 dengan nilai akhir yang cukup memuaskan. Pada tahun yang itu juga dia melanjutkan pendidikannya ke SMA. Awalnya dia merasa bingung untuk memilih antara SMA1 dan SMA2, karena pada saat itu hanya dua sekolah ini yang terbaik di daerah tersebut. Kedua orangtuanya menyerahkan semua keputusan di dalam tangannya. Dia tidak ingin salah dalam mengambiil keputusan, dengan dukungan dari seorang sahabat baiknya,  Fitri, akhirnya dia memutuskan untuk memilih SMA2. Dengan sangat mudah, dia pun masuk di kelas unggulan di sekolah tersebut. Inilah pertama kalinya dia dapat duduk di kelas unggulan selama dia bersekolah di negeri.

Semasa dia SMA sepertinya keadaan sudah berubah. Dia menjadi begitu populer di sekolahnya baik di kalangan guru-guru, siswa-siswa, dan bahkan orangtua para siswa. Hal ini sangat berbeda drastis ketika dia masih duduk di bangku SD dan SMP. Dia bisa populer karena prestasinya dan sifatnya yang rajin. Para guru dan temannya sangat percaya kepadanya.Walaupun begitu. dia tidak pernah sombong, dia selalu ceria, dan berteman dengan siapa saja. Dia memang memiliki sifat yang keras kepala dan agak sedikit pemaarah, tetapi teman-temannya tetap menyayanginya. Dia pernah menjadi juara III Olympiade Fisika sedaerahnya, hal ini sangat membanggakan kedua orangtuanya. Dia tidak akan melupakan senyum dan tawa orangtuanya setiap nama mereka dipanggil ke depan karena prestasi anaknya.

Saat SMA juga dia dapat diandalkan dalam kegiatan olahraga khusunya di bidang catur dan tarik tambang. Selain itu, dia juga sangat aktif dalam bidang keagamaan. Terkadang dia bahkan tidak melawan orangtuanya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan rohani, karena dia berjanji tidak akan melakukan hal-hal yang dapat membuat mereka kecewa kepadanya. Dia juga dapat lulus dari SMA dengan hasil yang cukup memuaskan. Walaupun dia harus melewati ujian akhir sekolah dengan penuh dengan kekhawatiran dan perjuangan, karena pada saat bersamaan ibunyaharus diopname di RS. Elisabeth yang terdapat di Medan. Namun, berkat adanya pertolongan dari Tuhan semuanya dapat dilalui dengan baik.

Setelah lulus dari SMA pada tahun 2005, dia berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya ke salah satu universitas negeri. Dia pun mengikuti ujian SPMB dan dia berhasil lulus di UNIMED(Universitas Medan), beberapa hari kemudian dia juga dinyatakan lulusm masuk ke IPB oleh Pemda, tetapi tawaran ke IPB ditolaknya karena ada beberapa alasan. Dia pun mengurus semua syarat untuk masuk ke UNIMED. Selama 2 semester dia juga dapat memberikan prestasi yang membanggakjan kedua orangtuanya. Namun, karena ada beberapa kejadian akhirnya dia harus meninggalkkan universitas tersebut. Akibatnya, dia mengalami depresi hebat, dia mulai terlihat murung, dan menutup diri dari keluarga dan teman-temannya. Dia merasa malu akan dirinya sendiri.

Bapak tuanya (suami dari kakak ibunya) pun berinisiatif untuk mendaftarkannya sebagai CPNS di bidang kehakiman pada tahun tersebut (2007). Untuk itu, dia melakukan berbagai persiapan mulai dari diet, berlatih taekwando, lari jarak jauh, dan pastinya membahas soal-soal CPNS  dan pengetahuan umum. Persiapan ini dilakukannya hampir 1 tahun karena penguman penerimaan CPNS yang tidak pasti tanggalnya. Namun, semua usahanya sia-sia, karena tidak ada penerimaan CPNS untuk perempuan. Dia pun menjadi semakin terpuruk, semangatnya semakin hilang, dia bahkan mulai membenci dirinya sendiri. Dia juga merasa sangat sedih karena dia sudah menyulitkan kedua orangtuanya, tidak ada ceria lagi di wajah mereka.

Orangtuanya sangat mengerti keadaannya. Untuk mencegah hal yang lebih buruk, kedua orangtuanya pun menyetujui usul keluarga yang di Jakarta. Dia pun menyejui hal tersebut, karena dia sudah merasa benar-benar putus asa. Dia segera terbang ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya. Ternyata pada saat dia datang, sudah hampir semua universitas menutup pendaftaran mahasiswa baru. Jadi, hanya ada beberapa saja universitas yang didatanginya. Dia pun memilih Universitas Gunadarma tanpa disengaja, karena awalnya dia tak mengetahu sama sekali tentang universitas ini. Dia hanya mengikuti kata hati saja.

Ketika berjalan-jalan dengan keluarganya, dia melihat papan nama universitas ini di jalan Margoonda Depok. Semenjak kejadian itu, ada terpikir dibenaknya tentang universitas tersebut. Akhirnya, dia membuat keputusan untuk masuk ke universitas swasta ini. Pada saat mendaftar dia mengalami kebingungan untuk memilih fakultas dan jurusan, karena di tak mengerti tentang dunia komputer, dia benar-benar buta akan dunia tersebut. Tak pernah ada terlintas dibenaknya untuk masuk ke dalam bidang ilmu komputer. Dengan keyakinan dan pertimbangan, dia pun memilih jurusan Sistem Informasi ketika itu juga.

Awalnya dia merasa sangat sulit untuk mengikuti pelajaran dan lingkungan sekitarnya. Dalam selang beberapa bulan dia sudah mulai terbiasa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, Namun, dalam hal pelajaran semakin hari semakin banyak kendala yang dihadapinya. Dia terus berusaha sampai sekarang supaya dapat menyelesaikan pendidikannya. Walaupun terkadang ada perasaan iri di hatinya melihat teman-teman seangkatannya yang sudah lulus, bahkan ada yang sudah bekerja dan menikah. Dia tetap menguatkan dirinya untuk tetap semangat. Dia sangat percaya pasti ada rancangan terindah yang Tuhan berikan kepadanya.